Wanita penghambat revolusi”...setujukah Anda?
Ya
ungkapan ini kerap kita dengar sebagai guarauan bagi para aktifis.
Harapannya memang hanya sebagai gurauan. Karena jika itu dijadikan
serius maka seluruh aktifis muslimah yang ada didunia akan memberontak.
Ya...itulah
sedikit prolog yang akan menghantarkan kita pada pandangan bahwa
sesungguhnya wanita muslim dalam hal ini muslimah sebenarnya memiliki
peranan yang sangat penting dalam perjuangan.
Mari kita sejenak mengingat gambaran para sahabiyah
pada masa rasulullah yang dengan ikhlas dan istiqomah ikut andil dalam
perjungan bersama rasulullah dan sahabat-sahabat lainnya. Nama ibunda
khodijah, ibunda sumayyah, ibunda khonza, ibunda Aisyah, asma binti abu
bakar, fatimah azzahra, dll. Merupakan para wanita tangguh yang
kiprahnya dalam perjuangan tidak diragukan lagi baik oleh kalangannya maupun para pria di masa itu.
Mereka
adalah sosok anak, ibu, istri, kakak dan adik bagi keluarganya. Tapi
posisi itu tidak membuat mereka lemah dan berpasrah diri dengan kondisi
itu. Dengan posisi-posisi itu mereka mengoptimalkan diri untuk tidak ketinggalan meraih pahala dalam memperjuangkan dien mulia ini. Ada
yang turun di medan jihad bahkan ada yang syahid dan adapula yang hanya
menjadi pendamping bagi suami mereka. Namun sekali lagi posisi itu
tidak membuat mereka lemah. Meskipun mereka hanya dirumah mengurus
keluarga mengatur rumah tangga mendidika anak-anak namun motivasi, do’a
dan semangat senanatiasa teriring dalam setiap langkah suami, saudara,
dan anak-anak mereka yang melangkahkan kaki dimedan
pertempuran...subhanallaah.
Sosok
rasulullah saw sebagai nabi yang diutus Allah untuk sleuruh ummat di
dunia, siapakah yang berada dibalik kehidupannya? Yang senanatiasa
mendampinginya, memberikan kekuatan disaat beliau merasa takut,
memberikan semangat dikala sebagian besar pemuka-pemuka mekkah
menghinakan beliau? Tiada lain tiada bukan sosok ibunda khadijah.
Dibalik ketangguhan imam Ali ra ada sosok fatimah azzahra... begitupun
dibalik kesuksesan imam syafi’i sebagai seorang imam yang hasil ijtihadnya menjadi pedoman bagi sebagian besar kaum muslim tentunya ada sosok ibu yang telah melahirkan, membimbing, mendidik dan memotivasinya.
Dari
semua ini lantas, pantaskah wanita muslim menganggap dirinya sangat
rendah di mata agama? Dengan posisinya hanya sebagai ibu pengatur rumah
tangga? Tentu tidak
Saudariku,
para muslimah khususnya aktivis muslimah...keberadaan kita bukanlah
benalu bagi para pria. Keberadaan kita memiliki peran yang sangat besar
bagi perjuangan. Dari rahim kitalah lahir generasi-generasi tangguh
pewaris peradaban pelanjut perjuangan.
Saudariku,
para muslimah khususnya aktivis muslimah, posisi kita sebagai (calon)
ummun wa rabbatul ba’it merupakan posisi yang kadarnya dan pahalanya
sama dengan pahala yang dioperoleh para pria ketika mereka berjuang. Tentunya itu akan kita dapatkan ketika kita mampu betul-betul mendudukan peran kita secara maksimal.
Saudariku, para muslimah khususnya
aktivis muslimah. Pada pria juga ada kewajiban menuntut ilmu, berjuang
dan berdakwah. Begitupun dengan kita. Di pundak kita ada tanggung jawab
berdakwah, peran kita sebagai ummun warabbatul ba’it dan sebagai anak
yang harus menjalankan birrul
waalidaiin tidak melepaskan amanah dipundak kita sebagai pengemban
dakwah. Oleh karena itu maksimalkanlah peran kita ini.
Saudariku
para muslimah...tidakkah kita iri melihat saudar-saudari kita dibelahan
bumi lain yang dengan ikhlas mempersembahkan nyawanya untuk
mempertahankan agama ini? Tidakkah kita iri melihat mereka berani
merasakan nikmatnya hidup dalam sel tahanan demi mempertaruhkan sebuah kalimat laa ilaha illallaah, tidakkah kita iri ratusan bahkan ribuan mulsimah yang tidak gentar meneriakkan takbirnya dalam setiap masyirioh yang dilakukan meskipun harus berhadapan dengan tank-tank zionis?
Saudariku..masihkah
kita terlena dengan kehidupan kita yang glamor, manja dan masih sering
menjadikan masalah pribadi kita sebagai masalah yang tebesar dalam
hidup, sehingga kita menutup mata dan telinga kita terhadap apa yang
menimpa ummat saat ini? masihkah kita meratapi nasib yang sampai detik ini belum memperoleh penghidupan yang cukup, belum
memperoleh pendidikan bahkan sarana kesehatan yang memadai. Saudariku
masihkah kita menjadikan individulaistik, hedonistik dan materialistik
sebagai azzas berfikir kita?
Sungguh saudariku sebagai seorang muslimah semua itu sudah tidak pantas melekat dalam diri kita.
Kini
yang seharusnya dan wajib kita lakukan adalah, mendongakkan kepala,
bangkit dan berdiri melakukan perlawanan terhadap sisitem yang saat ini
sudah membelenggu ummat. Sekali lagi peran kita sebagai muslimah sangat
besar. Ditangan kitalah tanggung jawab mendidik generasi yang pertama
dan utama agar mereka nanti menjadi pengisi-pengisi barisan perjuangan
dalam melawan kedzoliman sistem kapitalis sekularisme..
Kini
menjadi pertanyaan bagi kita semua para aktivis muslimah..apa yang sudah
antunna lakukan untuk perjuangan ini? Sudah berapa besar pengorbanan
antunna dijalan dakwah ini, sudah berapa jam yang antunna habiskan untuk
ummat ini?
Mari kita dudukkan kembali posisi kita yang semestinya
sebagai hamba Allah. Sebagai muslimah yang senantiasa mengisi
hari-harinya dengan pekikan takbir perjuangan, yang senantiasa membekali
dirinya dengan tsaqofah peradaban. Yang senantiasa mengiringkan langkah
perjuangannya dengan tetesan airmata ketegaran, semangat perlawanan, dan doa’ pengharapan.
Sungguh
mulia dirimu okh...saudariku...Allah telah mendudukkan kita begitu
mulia bahkan jika dunia ini diumpamakan sebagai perhiasan ternyata
kitalah perhiasan yang terbaik didalamnya...
Oleh karena itu, mari kita berlomba-lomba mewarisi perjuangan ibunda
khadijah, ibunda aisyah, ibunda khanza, ibunda fatimah azzahra dan
ibunda Sumayyah. Karena sekali lagi...kita para wanita memiliki posisi
dengan pria bahkan partner mereka dalam mewujudkan kebangkitan Islam yang hakiki...Allahu Akbar...
Diperuntukkan bagi para aktivis muslimah...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar