“Cermin generasi Pejuang Islam demi meraih kebangkitan & pentingnya edukasi berbasis Ideologi Islam demi meraih kebangkitan Indonesia”
Pada faktanya jika kita mau sedikit berpikir, kehidupan kenegaraan dan
nasib rakyat kita malah makin terpuruk dari berbagai bidang. Menyadari
saat ini Indonesia memang sedang dalam keadaan yang kritis sehingga
menejemen atau pengaturan kebutuhan rakyat ini kacau. Banyak julukan
“seram” untuk negri tercinta kita, mulai dari failed state (negara gagal), Vampire state (negara drakula penghisap darah rakyat), negara boneka dll. Timbul pertanyaan apakah kita memang sudah bangkit?
Dalam bidang pendidikan, Berdasarkan peringkat universitas terbaik di Asia versi majalah Asiaweek 2000,
tidak satu pun perguruan tinggi di Indonesia masuk dalam 20 terbaik. UI
berada di peringkat 61 untuk kategori universitas multidisiplin. UGM
diperingkat 68, UNDIP diperingkat 77, UNAIR diperingkat 75; sedangkan
ITB diperingkat 21 untuk universitas sains dan teknologi, kalah
dibandingkan dengan Universitas Nasional Sains dan Teknologi Pakistan.
Walaupun
angka partisipasi murni SD di Indonesia dalam kurun 20 tahun meningkat
dari 40 menjadi 100 persen, kualitasnya sulit dibanggakan. Kini puluhan
ribu anak SD harus belajar di sekolah bobrok. Ironinya, sampai saat ini
belum terjawab, bagaimana Pemerintah menangani persoalan yang sangat
kasatmata itu; sementara masih banyak anak usia SD yang putus sekolah
atau malah belum terjangkau sama sekali oleh pelayanan pendidikan. Wajib
belajar 9 tahun secara kuantitatif pun sulit bisa dituntaskan pada
tahun 2008.
Relasi pendidikan dan kebangkitan
Menjadi
bangsa yang kuat, mandiri dan maju merupakan cita-cita dari setiap
bangsa manapun, salah stau faktor yang mendukung bagi power of state
adalah pendidikan. Begitu pentingnya pendidikan, sehingga suatu bangsa
dapat diukur apakah bangsa tersebut maju atau mundur salah satunya dari
pendidikan yang diterapkan. Pendidikan merupakan proses kristalisas
mencetak generasi penerus bangsa, output yang diharapkanpun adalah
melahirkan manusia-manusia cerdas baik secara intelektual dan spiritual.
Memaknai
arti kebangkitan tentu tidak boleh berbeda, harus ada kaidah atau
standart ketika kita memaknai arti kebangkitan. Kebangkitan
didefinisikan sebagai tingginya taraf berpikir dan untuk mewujudkan
sebuah kebangkitan diperlukan adanya upaya menanamkan
pemikiran-pemikiran yang tinggi yaitu pemikiran-pemikiran yang
menyeluruh mengenai aspek ekonomi, sosial, pendidikan, politik dll.
Pemikiran tersebut harus dilandai dari Aqidah Islam sebagai keyakinan
dan pemecah setiap masalah kehidupan. dan untuk mewujudkan kebangkitan pertama
yang mesti kita lakukan adalah ; melakukan perubahan secara aktif,
Indonesia sebagai negri mayoritas umat islam terbesar seharusnya menjadi
lakon dari perubahan ini, caranya adalah dengan berdakwah. Dakwah
secara individu dan kolektif dilakukan oleh setiap individu yang telah baligh. Dakwah yang mengajak kepada perubahan yang hakiki yakni melanjutkan kembali kehidupan islam. Kedua, perubahan diawali dengan apa yang adal dalam diri umat yakni pemikiran, perasaan dan sistem (Khilafah)
Islam, pendidikan dan kebangkitan
Sistem pendidikan saat ini (sekuleristik, red)
telah “berkontribusi” dalam gagalnya upaya untuk membangkitkan
Indonesia. Seperti yang sudah dituliskan diatas, kebangkitan yang hakiki
adalah kebangkitan taraf berpikir yang menjadikan Aqidah Islam sebagai
acuan utama. Maka pendidikan dalam islam akan mampu menghantarkan
Indonesia kepada kebangkitan. Tujuan umum pendidikan islam
adalah membangun kepribadian Islam, membentuk pola pikir dan pola sikap
yang islami. Mempersiapkan generasi muslim menjadi ‘ulama yang ahli
disetiap aspek kehidupan baik ‘ilmu islam maupun ilmu terapan. Metode
belajar dalam islam adalah ilmu untuk diamalkan. Kurikulum yang berbasis
aqidah islam, dan peran negara dalam memudahkan setiap elemen untuk
menerima mendapatkan pendidikan.
A. Pada Masa Rasulullah Saw
Seorang filsof dari perancis bernama Dr. Gustave Le Bone mengatakan: “Dalam
satu abad atau 3 keturunan, tidak ada bangsa-bangsa manusia dapat
mengadakan perubahan yang berarti. Bangsa perancis memerlukan 30
keturunan atau 1000 tahun baru dapat mengadakan suatu masyarakat yang
bercelup perancis. Hal ini terdapat pada seluruh bangsa dan umat, tak
terkecuali selain dari umat islam, sebab Muhammad Er Rasul sudah dapat
mengadakan suatu masyarakat baru dalam tempo satu keturunan (23 tahun)
yang tidak ditiru oleh orang lain”.
Masa
KeRasululan Muhammad Saw pada akhir periode Madinah merupakan puncak
peradaban islam karena dari situlah sistem islam disempurnakan dan
ditegakan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
“Pada
hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan
kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridai Islam itu jadi agama bagimu”.
QS Al Maidah ayat 3
B. Pada Masa Kekhilafahan Bani Umayyah (661-750M)
Masa
Umayyah berlangsung selama lebih kurang 90 tahun. Beberapa orang
khalifah besar bani Umayyah ini adalah Muawiyyah bin Abi Sufyan
(661-680M), abdul Malik bin Marwan (685-705M), Al Walid bin Abdul Malik
(705-715M), Umar Bin Abdul Aziz (717-720M) dan Hasyim bin Abdul Malik
(724-743M).
Awal
berlangsungnya periode Umayyah diprioritaskan pada perluasan wilayah
kekuasaan, ekspansi wilayah yang sempat pernah berhenti pada masa
‘Utsman dilanjutkan kembali oleh Bani Umayyah. Disamping
itu Bani Umayyah banyak berjasa dalam pembangunan di berbagai bidang.
Pada bidang pengembangan keilmuwan, Bani Umayyah mengawalinya dengan
mengeluarkan sebuah kebijakan strategis. Khalifah Abdul Malik berhasil
melakukan pembenahan bidang administrasi pemerintahan dan kenegaraan.
Bahasa ‘arab dijadikan baasa resmi dan menjadi bahasa umum pengantar
dunia (lingua franca), hingga Roger Bacon pada masa Eropa kegelapan
mengatakan, “ placing averroes beside Aristole and Avicenna, recomends
the study of arabics as the only way of getting knowledge which bad
versions obscured”, yani mengnajurkan bahasa ‘arab sebagai jalan
satu-satunya bagi memperoleh ‘ilmu yang telah dikaburkan oleh
versi-versi jelek sebelumnya. Kemajuan tradisi intelektual
dan ‘ilmu pengetahuan apda Maza Umayyah di Andalusia angat dirasakan
oelh masyarakat eropa, Oliver Leaman menggambarkan keadaan disana, “... Pada
masa peradaban agung di andalus, siapapun di eropa yang ingin
mengetahui sesuatu yang ilmiah ia harus pergi ke andalus. Diwaktu itu
banyak sekali problem danliteratur latin yang belum terselesaikan, dan
jika seseorang pergi ke andalusia maka sekembalinya ia dari sana ia
tiba-tiba akan mampu menyelesaikan masalah-masalah itu. Jadi islam di
spanyol mempunyai reputasi selama ratusan tahun dan menduduki puncak
tertinggi dlaam pengetahuan filsafat, sains, teknik dan matematika. Ia
mirip seperti posisi amerika saat ini, dimana beberapa Universitas
penting berada”.
C. Pada Masa Kekhilafahan Bani Abbasiyah (656-1258M)
Masa
Abbasiyah berlangsung selama 508 tahun, sebuah rentang sejarah yang
cukup lama dalam sebuah peradaban. Para sejarahwan membagi 5 periode
pemerintahan: (1) Periode pertama (132-232H) disebut periode pengaruh
persia pertama, (2) periode kedua (232-334H), disebut periode pengaruh
Turki perama, (3) periode ketiga (334-447H)masa kekuadaan dinasti Buwaih
dalam pemerintahan Abbasiyah periode ini disebut juga sebagai pengaruh
persia kedua, (4) periode keempat (447-590H), masa kekuasaan Bani
Seljuk, (5) periode kelima (590-656H), masa khalifah bebas dari pengaruh
dinasti lain teteapi kekuasaannya hanya efektif di Baghdad saja.
Pada
masa sepuluh khalifah pertama, puncak pencapaian kemajuan peradaban
Islam terjadi pada masa Harun Ar Rasyid (786-809M), beliau adalah soso
figur yang shalih, Mukhlis, ahli ibadah, senang dikritik, dan merindukan
nasehat dari ‘ulama. Terjadi perkembangan lembaga pendidikan,
perkembangan dan kemajuan bidang pengetahuan, banyak ‘ilmuwan-‘ilmuwan
muslim dan 4 Mazhab Imam besar pada masa Abbasiyah. Pencapaian prestasi
yang gemilang sangat jelas dan terlihat pada lahirnya ilmuwan masyur dan
berkaliber internasional seperti Al Biruni (fisika, kedokteran), Jabir
bin Hayyan (Geber), Al Khawarizmi (Matematika, kimia), Ibnu Sina
(kedokteran), Ibnu Khaldun (sejarah, sosiologi)Al Batani (Astrologi),
Ya’qubi (Geografi), Al Buziani (Geometri dan Trigonometri).
D. Pada Masa setelah KeKhilafahan Abbasiyah sampai tumbangnya KeKhilafahan Turki Utsmani
Pada
masa kekhilafahan utsmani, para ahli sejarah sepakat bahwa zaman
khalifah Sulaiman al Qanuni (1520-1566M) merupakan zaman kejayaan dan
kebesaran yang pada maanya telah jauh meninggalkan negara-negara eropa
dibidang Militer, sains dan politik. Pasca berakhirnya keluasaan
abbasiyah, kepemimpinan Islam berlanjut kepada kepemimpinan Bani
Utsmaniyah selama lebih dari enal abad kekuasaannya (1299-1923M)
dipimpin oleh 36 khalifah. Kekhilafahan Utsmaniyah ini menjadi pusat
interaksi anatara barat dan timur selama enam abad. Pada puncak
kekuasaannya, daulah utsmaniyah terbagi menjadi 29 wilayah dengan
konstatinopel sebagai ibu kotanya. Pada abad ke 16 dan ke 17, daulah
utsmaniyah menjadi saah satu kekuatan utama dunia angkatan lautnya yang
kuat.
Penutup
Dapat
disimpulkan untuk mewujudkan kebangkitan, satu-satunya metode adalah
dengan membangun pemerintahan / negara yang berasaskan pada aqidah
islam. Negara ini harus mengadopsi sistem khilafah karena hanya dengan
itulah Indonesia bisa bangkit. Mengambil Islam sebagai satu-satunya
ideologi yang layak dan diperjuangkan. Ketika Ideologi / Mabda’ islam
menjadi arus utama dalam setiap nafas setiap muslim dan muslimah
manapun maka Diin ini akan berada di puncak kemuliaan. Islam Bisa kuat
tergantung kepada kekuatan seberapa paham umat islam terhadap Diinnya,
seberapa kuat ideologi islam terhujam dalam dirinya, seberapa kuat
dalam mengemban dakwah islam. Prestasi-prestasi generasi awal pejuang
islam bisa kita rasakan sampai saat ini walaupun kita tidak pernah
bertemu dengan mereka, semoga kita bisa meraih kembali kemuliaan
sebagai Umat terbaik.
“Kamu
adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada
yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah.
Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka; di
antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang
yang fasik”
QS Ali Imran ayat 110
Wallahu’alam bi al-shawab“Cermin generasi Pejuang Islam demi meraih kebangkitan & pentingnya edukasi berbasis Ideologi Islam demi meraih kebangkitan Indonesia”
Pada faktanya jika kita mau sedikit berpikir, kehidupan kenegaraan dan
nasib rakyat kita malah makin terpuruk dari berbagai bidang. Menyadari
saat ini Indonesia memang sedang dalam keadaan yang kritis sehingga
menejemen atau pengaturan kebutuhan rakyat ini kacau. Banyak julukan
“seram” untuk negri tercinta kita, mulai dari failed state (negara gagal), Vampire state (negara drakula penghisap darah rakyat), negara boneka dll. Timbul pertanyaan apakah kita memang sudah bangkit?
Dalam bidang pendidikan, Berdasarkan peringkat universitas terbaik di Asia versi majalah Asiaweek 2000,
tidak satu pun perguruan tinggi di Indonesia masuk dalam 20 terbaik. UI
berada di peringkat 61 untuk kategori universitas multidisiplin. UGM
diperingkat 68, UNDIP diperingkat 77, UNAIR diperingkat 75; sedangkan
ITB diperingkat 21 untuk universitas sains dan teknologi, kalah
dibandingkan dengan Universitas Nasional Sains dan Teknologi Pakistan.
Walaupun
angka partisipasi murni SD di Indonesia dalam kurun 20 tahun meningkat
dari 40 menjadi 100 persen, kualitasnya sulit dibanggakan. Kini puluhan
ribu anak SD harus belajar di sekolah bobrok. Ironinya, sampai saat ini
belum terjawab, bagaimana Pemerintah menangani persoalan yang sangat
kasatmata itu; sementara masih banyak anak usia SD yang putus sekolah
atau malah belum terjangkau sama sekali oleh pelayanan pendidikan. Wajib
belajar 9 tahun secara kuantitatif pun sulit bisa dituntaskan pada
tahun 2008.
Relasi pendidikan dan kebangkitan
Menjadi
bangsa yang kuat, mandiri dan maju merupakan cita-cita dari setiap
bangsa manapun, salah stau faktor yang mendukung bagi power of state
adalah pendidikan. Begitu pentingnya pendidikan, sehingga suatu bangsa
dapat diukur apakah bangsa tersebut maju atau mundur salah satunya dari
pendidikan yang diterapkan. Pendidikan merupakan proses kristalisas
mencetak generasi penerus bangsa, output yang diharapkanpun adalah
melahirkan manusia-manusia cerdas baik secara intelektual dan spiritual.
Memaknai
arti kebangkitan tentu tidak boleh berbeda, harus ada kaidah atau
standart ketika kita memaknai arti kebangkitan. Kebangkitan
didefinisikan sebagai tingginya taraf berpikir dan untuk mewujudkan
sebuah kebangkitan diperlukan adanya upaya menanamkan
pemikiran-pemikiran yang tinggi yaitu pemikiran-pemikiran yang
menyeluruh mengenai aspek ekonomi, sosial, pendidikan, politik dll.
Pemikiran tersebut harus dilandai dari Aqidah Islam sebagai keyakinan
dan pemecah setiap masalah kehidupan. dan untuk mewujudkan kebangkitan pertama
yang mesti kita lakukan adalah ; melakukan perubahan secara aktif,
Indonesia sebagai negri mayoritas umat islam terbesar seharusnya menjadi
lakon dari perubahan ini, caranya adalah dengan berdakwah. Dakwah
secara individu dan kolektif dilakukan oleh setiap individu yang telah baligh. Dakwah yang mengajak kepada perubahan yang hakiki yakni melanjutkan kembali kehidupan islam. Kedua, perubahan diawali dengan apa yang adal dalam diri umat yakni pemikiran, perasaan dan sistem (Khilafah)
Islam, pendidikan dan kebangkitan
Sistem pendidikan saat ini (sekuleristik, red)
telah “berkontribusi” dalam gagalnya upaya untuk membangkitkan
Indonesia. Seperti yang sudah dituliskan diatas, kebangkitan yang hakiki
adalah kebangkitan taraf berpikir yang menjadikan Aqidah Islam sebagai
acuan utama. Maka pendidikan dalam islam akan mampu menghantarkan
Indonesia kepada kebangkitan. Tujuan umum pendidikan islam
adalah membangun kepribadian Islam, membentuk pola pikir dan pola sikap
yang islami. Mempersiapkan generasi muslim menjadi ‘ulama yang ahli
disetiap aspek kehidupan baik ‘ilmu islam maupun ilmu terapan. Metode
belajar dalam islam adalah ilmu untuk diamalkan. Kurikulum yang berbasis
aqidah islam, dan peran negara dalam memudahkan setiap elemen untuk
menerima mendapatkan pendidikan.
A. Pada Masa Rasulullah Saw
Seorang filsof dari perancis bernama Dr. Gustave Le Bone mengatakan: “Dalam
satu abad atau 3 keturunan, tidak ada bangsa-bangsa manusia dapat
mengadakan perubahan yang berarti. Bangsa perancis memerlukan 30
keturunan atau 1000 tahun baru dapat mengadakan suatu masyarakat yang
bercelup perancis. Hal ini terdapat pada seluruh bangsa dan umat, tak
terkecuali selain dari umat islam, sebab Muhammad Er Rasul sudah dapat
mengadakan suatu masyarakat baru dalam tempo satu keturunan (23 tahun)
yang tidak ditiru oleh orang lain”.
Masa
KeRasululan Muhammad Saw pada akhir periode Madinah merupakan puncak
peradaban islam karena dari situlah sistem islam disempurnakan dan
ditegakan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
“Pada
hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan
kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridai Islam itu jadi agama bagimu”.
QS Al Maidah ayat 3
B. Pada Masa Kekhilafahan Bani Umayyah (661-750M)
Masa
Umayyah berlangsung selama lebih kurang 90 tahun. Beberapa orang
khalifah besar bani Umayyah ini adalah Muawiyyah bin Abi Sufyan
(661-680M), abdul Malik bin Marwan (685-705M), Al Walid bin Abdul Malik
(705-715M), Umar Bin Abdul Aziz (717-720M) dan Hasyim bin Abdul Malik
(724-743M).
Awal
berlangsungnya periode Umayyah diprioritaskan pada perluasan wilayah
kekuasaan, ekspansi wilayah yang sempat pernah berhenti pada masa
‘Utsman dilanjutkan kembali oleh Bani Umayyah. Disamping
itu Bani Umayyah banyak berjasa dalam pembangunan di berbagai bidang.
Pada bidang pengembangan keilmuwan, Bani Umayyah mengawalinya dengan
mengeluarkan sebuah kebijakan strategis. Khalifah Abdul Malik berhasil
melakukan pembenahan bidang administrasi pemerintahan dan kenegaraan.
Bahasa ‘arab dijadikan baasa resmi dan menjadi bahasa umum pengantar
dunia (lingua franca), hingga Roger Bacon pada masa Eropa kegelapan
mengatakan, “ placing averroes beside Aristole and Avicenna, recomends
the study of arabics as the only way of getting knowledge which bad
versions obscured”, yani mengnajurkan bahasa ‘arab sebagai jalan
satu-satunya bagi memperoleh ‘ilmu yang telah dikaburkan oleh
versi-versi jelek sebelumnya. Kemajuan tradisi intelektual
dan ‘ilmu pengetahuan apda Maza Umayyah di Andalusia angat dirasakan
oelh masyarakat eropa, Oliver Leaman menggambarkan keadaan disana, “... Pada
masa peradaban agung di andalus, siapapun di eropa yang ingin
mengetahui sesuatu yang ilmiah ia harus pergi ke andalus. Diwaktu itu
banyak sekali problem danliteratur latin yang belum terselesaikan, dan
jika seseorang pergi ke andalusia maka sekembalinya ia dari sana ia
tiba-tiba akan mampu menyelesaikan masalah-masalah itu. Jadi islam di
spanyol mempunyai reputasi selama ratusan tahun dan menduduki puncak
tertinggi dlaam pengetahuan filsafat, sains, teknik dan matematika. Ia
mirip seperti posisi amerika saat ini, dimana beberapa Universitas
penting berada”.
C. Pada Masa Kekhilafahan Bani Abbasiyah (656-1258M)
Masa
Abbasiyah berlangsung selama 508 tahun, sebuah rentang sejarah yang
cukup lama dalam sebuah peradaban. Para sejarahwan membagi 5 periode
pemerintahan: (1) Periode pertama (132-232H) disebut periode pengaruh
persia pertama, (2) periode kedua (232-334H), disebut periode pengaruh
Turki perama, (3) periode ketiga (334-447H)masa kekuadaan dinasti Buwaih
dalam pemerintahan Abbasiyah periode ini disebut juga sebagai pengaruh
persia kedua, (4) periode keempat (447-590H), masa kekuasaan Bani
Seljuk, (5) periode kelima (590-656H), masa khalifah bebas dari pengaruh
dinasti lain teteapi kekuasaannya hanya efektif di Baghdad saja.
Pada
masa sepuluh khalifah pertama, puncak pencapaian kemajuan peradaban
Islam terjadi pada masa Harun Ar Rasyid (786-809M), beliau adalah soso
figur yang shalih, Mukhlis, ahli ibadah, senang dikritik, dan merindukan
nasehat dari ‘ulama. Terjadi perkembangan lembaga pendidikan,
perkembangan dan kemajuan bidang pengetahuan, banyak ‘ilmuwan-‘ilmuwan
muslim dan 4 Mazhab Imam besar pada masa Abbasiyah. Pencapaian prestasi
yang gemilang sangat jelas dan terlihat pada lahirnya ilmuwan masyur dan
berkaliber internasional seperti Al Biruni (fisika, kedokteran), Jabir
bin Hayyan (Geber), Al Khawarizmi (Matematika, kimia), Ibnu Sina
(kedokteran), Ibnu Khaldun (sejarah, sosiologi)Al Batani (Astrologi),
Ya’qubi (Geografi), Al Buziani (Geometri dan Trigonometri).
D. Pada Masa setelah KeKhilafahan Abbasiyah sampai tumbangnya KeKhilafahan Turki Utsmani
Pada
masa kekhilafahan utsmani, para ahli sejarah sepakat bahwa zaman
khalifah Sulaiman al Qanuni (1520-1566M) merupakan zaman kejayaan dan
kebesaran yang pada maanya telah jauh meninggalkan negara-negara eropa
dibidang Militer, sains dan politik. Pasca berakhirnya keluasaan
abbasiyah, kepemimpinan Islam berlanjut kepada kepemimpinan Bani
Utsmaniyah selama lebih dari enal abad kekuasaannya (1299-1923M)
dipimpin oleh 36 khalifah. Kekhilafahan Utsmaniyah ini menjadi pusat
interaksi anatara barat dan timur selama enam abad. Pada puncak
kekuasaannya, daulah utsmaniyah terbagi menjadi 29 wilayah dengan
konstatinopel sebagai ibu kotanya. Pada abad ke 16 dan ke 17, daulah
utsmaniyah menjadi saah satu kekuatan utama dunia angkatan lautnya yang
kuat.
Penutup
Dapat
disimpulkan untuk mewujudkan kebangkitan, satu-satunya metode adalah
dengan membangun pemerintahan / negara yang berasaskan pada aqidah
islam. Negara ini harus mengadopsi sistem khilafah karena hanya dengan
itulah Indonesia bisa bangkit. Mengambil Islam sebagai satu-satunya
ideologi yang layak dan diperjuangkan. Ketika Ideologi / Mabda’ islam
menjadi arus utama dalam setiap nafas setiap muslim dan muslimah
manapun maka Diin ini akan berada di puncak kemuliaan. Islam Bisa kuat
tergantung kepada kekuatan seberapa paham umat islam terhadap Diinnya,
seberapa kuat ideologi islam terhujam dalam dirinya, seberapa kuat
dalam mengemban dakwah islam. Prestasi-prestasi generasi awal pejuang
islam bisa kita rasakan sampai saat ini walaupun kita tidak pernah
bertemu dengan mereka, semoga kita bisa meraih kembali kemuliaan
sebagai Umat terbaik.
“Kamu
adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada
yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah.
Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka; di
antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang
yang fasik”
QS Ali Imran ayat 110
Wallahu’alam bi al-shawab“Cermin generasi Pejuang Islam demi meraih kebangkitan & pentingnya edukasi berbasis Ideologi Islam demi meraih kebangkitan Indonesia”
Pada faktanya jika kita mau sedikit berpikir, kehidupan kenegaraan dan
nasib rakyat kita malah makin terpuruk dari berbagai bidang. Menyadari
saat ini Indonesia memang sedang dalam keadaan yang kritis sehingga
menejemen atau pengaturan kebutuhan rakyat ini kacau. Banyak julukan
“seram” untuk negri tercinta kita, mulai dari failed state (negara gagal), Vampire state (negara drakula penghisap darah rakyat), negara boneka dll. Timbul pertanyaan apakah kita memang sudah bangkit?
Dalam bidang pendidikan, Berdasarkan peringkat universitas terbaik di Asia versi majalah Asiaweek 2000,
tidak satu pun perguruan tinggi di Indonesia masuk dalam 20 terbaik. UI
berada di peringkat 61 untuk kategori universitas multidisiplin. UGM
diperingkat 68, UNDIP diperingkat 77, UNAIR diperingkat 75; sedangkan
ITB diperingkat 21 untuk universitas sains dan teknologi, kalah
dibandingkan dengan Universitas Nasional Sains dan Teknologi Pakistan.
Walaupun
angka partisipasi murni SD di Indonesia dalam kurun 20 tahun meningkat
dari 40 menjadi 100 persen, kualitasnya sulit dibanggakan. Kini puluhan
ribu anak SD harus belajar di sekolah bobrok. Ironinya, sampai saat ini
belum terjawab, bagaimana Pemerintah menangani persoalan yang sangat
kasatmata itu; sementara masih banyak anak usia SD yang putus sekolah
atau malah belum terjangkau sama sekali oleh pelayanan pendidikan. Wajib
belajar 9 tahun secara kuantitatif pun sulit bisa dituntaskan pada
tahun 2008.
Relasi pendidikan dan kebangkitan
Menjadi
bangsa yang kuat, mandiri dan maju merupakan cita-cita dari setiap
bangsa manapun, salah stau faktor yang mendukung bagi power of state
adalah pendidikan. Begitu pentingnya pendidikan, sehingga suatu bangsa
dapat diukur apakah bangsa tersebut maju atau mundur salah satunya dari
pendidikan yang diterapkan. Pendidikan merupakan proses kristalisas
mencetak generasi penerus bangsa, output yang diharapkanpun adalah
melahirkan manusia-manusia cerdas baik secara intelektual dan spiritual.
Memaknai
arti kebangkitan tentu tidak boleh berbeda, harus ada kaidah atau
standart ketika kita memaknai arti kebangkitan. Kebangkitan
didefinisikan sebagai tingginya taraf berpikir dan untuk mewujudkan
sebuah kebangkitan diperlukan adanya upaya menanamkan
pemikiran-pemikiran yang tinggi yaitu pemikiran-pemikiran yang
menyeluruh mengenai aspek ekonomi, sosial, pendidikan, politik dll.
Pemikiran tersebut harus dilandai dari Aqidah Islam sebagai keyakinan
dan pemecah setiap masalah kehidupan. dan untuk mewujudkan kebangkitan pertama
yang mesti kita lakukan adalah ; melakukan perubahan secara aktif,
Indonesia sebagai negri mayoritas umat islam terbesar seharusnya menjadi
lakon dari perubahan ini, caranya adalah dengan berdakwah. Dakwah
secara individu dan kolektif dilakukan oleh setiap individu yang telah baligh. Dakwah yang mengajak kepada perubahan yang hakiki yakni melanjutkan kembali kehidupan islam. Kedua, perubahan diawali dengan apa yang adal dalam diri umat yakni pemikiran, perasaan dan sistem (Khilafah)
Islam, pendidikan dan kebangkitan
Sistem pendidikan saat ini (sekuleristik, red)
telah “berkontribusi” dalam gagalnya upaya untuk membangkitkan
Indonesia. Seperti yang sudah dituliskan diatas, kebangkitan yang hakiki
adalah kebangkitan taraf berpikir yang menjadikan Aqidah Islam sebagai
acuan utama. Maka pendidikan dalam islam akan mampu menghantarkan
Indonesia kepada kebangkitan. Tujuan umum pendidikan islam
adalah membangun kepribadian Islam, membentuk pola pikir dan pola sikap
yang islami. Mempersiapkan generasi muslim menjadi ‘ulama yang ahli
disetiap aspek kehidupan baik ‘ilmu islam maupun ilmu terapan. Metode
belajar dalam islam adalah ilmu untuk diamalkan. Kurikulum yang berbasis
aqidah islam, dan peran negara dalam memudahkan setiap elemen untuk
menerima mendapatkan pendidikan.
A. Pada Masa Rasulullah Saw
Seorang filsof dari perancis bernama Dr. Gustave Le Bone mengatakan: “Dalam
satu abad atau 3 keturunan, tidak ada bangsa-bangsa manusia dapat
mengadakan perubahan yang berarti. Bangsa perancis memerlukan 30
keturunan atau 1000 tahun baru dapat mengadakan suatu masyarakat yang
bercelup perancis. Hal ini terdapat pada seluruh bangsa dan umat, tak
terkecuali selain dari umat islam, sebab Muhammad Er Rasul sudah dapat
mengadakan suatu masyarakat baru dalam tempo satu keturunan (23 tahun)
yang tidak ditiru oleh orang lain”.
Masa
KeRasululan Muhammad Saw pada akhir periode Madinah merupakan puncak
peradaban islam karena dari situlah sistem islam disempurnakan dan
ditegakan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
“Pada
hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan
kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridai Islam itu jadi agama bagimu”.
QS Al Maidah ayat 3
B. Pada Masa Kekhilafahan Bani Umayyah (661-750M)
Masa
Umayyah berlangsung selama lebih kurang 90 tahun. Beberapa orang
khalifah besar bani Umayyah ini adalah Muawiyyah bin Abi Sufyan
(661-680M), abdul Malik bin Marwan (685-705M), Al Walid bin Abdul Malik
(705-715M), Umar Bin Abdul Aziz (717-720M) dan Hasyim bin Abdul Malik
(724-743M).
Awal
berlangsungnya periode Umayyah diprioritaskan pada perluasan wilayah
kekuasaan, ekspansi wilayah yang sempat pernah berhenti pada masa
‘Utsman dilanjutkan kembali oleh Bani Umayyah. Disamping
itu Bani Umayyah banyak berjasa dalam pembangunan di berbagai bidang.
Pada bidang pengembangan keilmuwan, Bani Umayyah mengawalinya dengan
mengeluarkan sebuah kebijakan strategis. Khalifah Abdul Malik berhasil
melakukan pembenahan bidang administrasi pemerintahan dan kenegaraan.
Bahasa ‘arab dijadikan baasa resmi dan menjadi bahasa umum pengantar
dunia (lingua franca), hingga Roger Bacon pada masa Eropa kegelapan
mengatakan, “ placing averroes beside Aristole and Avicenna, recomends
the study of arabics as the only way of getting knowledge which bad
versions obscured”, yani mengnajurkan bahasa ‘arab sebagai jalan
satu-satunya bagi memperoleh ‘ilmu yang telah dikaburkan oleh
versi-versi jelek sebelumnya. Kemajuan tradisi intelektual
dan ‘ilmu pengetahuan apda Maza Umayyah di Andalusia angat dirasakan
oelh masyarakat eropa, Oliver Leaman menggambarkan keadaan disana, “... Pada
masa peradaban agung di andalus, siapapun di eropa yang ingin
mengetahui sesuatu yang ilmiah ia harus pergi ke andalus. Diwaktu itu
banyak sekali problem danliteratur latin yang belum terselesaikan, dan
jika seseorang pergi ke andalusia maka sekembalinya ia dari sana ia
tiba-tiba akan mampu menyelesaikan masalah-masalah itu. Jadi islam di
spanyol mempunyai reputasi selama ratusan tahun dan menduduki puncak
tertinggi dlaam pengetahuan filsafat, sains, teknik dan matematika. Ia
mirip seperti posisi amerika saat ini, dimana beberapa Universitas
penting berada”.
C. Pada Masa Kekhilafahan Bani Abbasiyah (656-1258M)
Masa
Abbasiyah berlangsung selama 508 tahun, sebuah rentang sejarah yang
cukup lama dalam sebuah peradaban. Para sejarahwan membagi 5 periode
pemerintahan: (1) Periode pertama (132-232H) disebut periode pengaruh
persia pertama, (2) periode kedua (232-334H), disebut periode pengaruh
Turki perama, (3) periode ketiga (334-447H)masa kekuadaan dinasti Buwaih
dalam pemerintahan Abbasiyah periode ini disebut juga sebagai pengaruh
persia kedua, (4) periode keempat (447-590H), masa kekuasaan Bani
Seljuk, (5) periode kelima (590-656H), masa khalifah bebas dari pengaruh
dinasti lain teteapi kekuasaannya hanya efektif di Baghdad saja.
Pada
masa sepuluh khalifah pertama, puncak pencapaian kemajuan peradaban
Islam terjadi pada masa Harun Ar Rasyid (786-809M), beliau adalah soso
figur yang shalih, Mukhlis, ahli ibadah, senang dikritik, dan merindukan
nasehat dari ‘ulama. Terjadi perkembangan lembaga pendidikan,
perkembangan dan kemajuan bidang pengetahuan, banyak ‘ilmuwan-‘ilmuwan
muslim dan 4 Mazhab Imam besar pada masa Abbasiyah. Pencapaian prestasi
yang gemilang sangat jelas dan terlihat pada lahirnya ilmuwan masyur dan
berkaliber internasional seperti Al Biruni (fisika, kedokteran), Jabir
bin Hayyan (Geber), Al Khawarizmi (Matematika, kimia), Ibnu Sina
(kedokteran), Ibnu Khaldun (sejarah, sosiologi)Al Batani (Astrologi),
Ya’qubi (Geografi), Al Buziani (Geometri dan Trigonometri).
D. Pada Masa setelah KeKhilafahan Abbasiyah sampai tumbangnya KeKhilafahan Turki Utsmani
Pada
masa kekhilafahan utsmani, para ahli sejarah sepakat bahwa zaman
khalifah Sulaiman al Qanuni (1520-1566M) merupakan zaman kejayaan dan
kebesaran yang pada maanya telah jauh meninggalkan negara-negara eropa
dibidang Militer, sains dan politik. Pasca berakhirnya keluasaan
abbasiyah, kepemimpinan Islam berlanjut kepada kepemimpinan Bani
Utsmaniyah selama lebih dari enal abad kekuasaannya (1299-1923M)
dipimpin oleh 36 khalifah. Kekhilafahan Utsmaniyah ini menjadi pusat
interaksi anatara barat dan timur selama enam abad. Pada puncak
kekuasaannya, daulah utsmaniyah terbagi menjadi 29 wilayah dengan
konstatinopel sebagai ibu kotanya. Pada abad ke 16 dan ke 17, daulah
utsmaniyah menjadi saah satu kekuatan utama dunia angkatan lautnya yang
kuat.
Penutup
Dapat
disimpulkan untuk mewujudkan kebangkitan, satu-satunya metode adalah
dengan membangun pemerintahan / negara yang berasaskan pada aqidah
islam. Negara ini harus mengadopsi sistem khilafah karena hanya dengan
itulah Indonesia bisa bangkit. Mengambil Islam sebagai satu-satunya
ideologi yang layak dan diperjuangkan. Ketika Ideologi / Mabda’ islam
menjadi arus utama dalam setiap nafas setiap muslim dan muslimah
manapun maka Diin ini akan berada di puncak kemuliaan. Islam Bisa kuat
tergantung kepada kekuatan seberapa paham umat islam terhadap Diinnya,
seberapa kuat ideologi islam terhujam dalam dirinya, seberapa kuat
dalam mengemban dakwah islam. Prestasi-prestasi generasi awal pejuang
islam bisa kita rasakan sampai saat ini walaupun kita tidak pernah
bertemu dengan mereka, semoga kita bisa meraih kembali kemuliaan
sebagai Umat terbaik.
“Kamu
adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada
yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah.
Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka; di
antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang
yang fasik”
QS Ali Imran ayat 110
Wallahu’alam bi al-shawab
Tidak ada komentar:
Posting Komentar