Minggu, 09 September 2012

Islam, Pendidikan & Kebangkitan















“Cermin generasi Pejuang Islam demi meraih kebangkitan & pentingnya edukasi berbasis Ideologi Islam demi meraih kebangkitan Indonesia”
Pada bulan mei, Rakyat Indonesia diingatkan pada dua moment sejarah yang sangat penting. Dua moment tersebut adalah ; Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) yang diperingati tanggal 2 mei kemarin dan tanggal 28 mei mendatang adalah Hari Kebangkitan Nasional (Hartiknas). Pendidikan dan kebangkitan memiliki peran strategis yang saling terkait satu sama lain, pasalnya pendidikan yang berkualitas dan bisa men-output generasi cerdas dan berjiwa pemimpin akan menghantarkan kebangkitan kita sebagai sebuah bangsa yang besar. Kebnagkitan pastinya akan mengantarkan kita pada pendidikan yang gemilang. Hari Kebangkitan Nasional yang selalu dipelopori oleh budi oetomo (20 mei 1908) hingga saat ini sudah 102 tahun berlalu. Selama 102 tahun Indonesia hanya berhalusinasi dengan kebangkitan yang semu.

Pada faktanya jika kita mau sedikit berpikir, kehidupan kenegaraan dan nasib rakyat kita malah makin terpuruk dari berbagai bidang. Menyadari saat ini Indonesia memang sedang dalam keadaan yang kritis sehingga menejemen atau pengaturan kebutuhan rakyat ini kacau. Banyak julukan “seram” untuk negri tercinta kita, mulai dari failed state (negara gagal), Vampire state (negara drakula penghisap darah rakyat), negara boneka dll. Timbul pertanyaan apakah kita memang sudah bangkit?
Dalam bidang pendidikan, Berdasarkan peringkat universitas terbaik di Asia versi majalah Asiaweek 2000, tidak satu pun perguruan tinggi di Indonesia masuk dalam 20 terbaik. UI berada di peringkat 61 untuk kategori universitas multidisiplin. UGM diperingkat 68, UNDIP diperingkat 77, UNAIR diperingkat 75; sedangkan ITB diperingkat 21 untuk universitas sains dan teknologi, kalah dibandingkan dengan Universitas Nasional Sains dan Teknologi Pakistan.
Walaupun angka partisipasi murni SD di Indonesia dalam kurun 20 tahun meningkat dari 40 menjadi 100 persen, kualitasnya sulit dibanggakan. Kini puluhan ribu anak SD harus belajar di sekolah bobrok. Ironinya, sampai saat ini belum terjawab, bagaimana Pemerintah menangani persoalan yang sangat kasatmata itu; sementara masih banyak anak usia SD yang putus sekolah atau malah belum terjangkau sama sekali oleh pelayanan pendidikan. Wajib belajar 9 tahun secara kuantitatif pun sulit bisa dituntaskan pada tahun 2008.
Relasi pendidikan dan kebangkitan
Menjadi bangsa yang kuat, mandiri dan maju merupakan cita-cita dari setiap bangsa manapun, salah stau faktor yang mendukung bagi power of state adalah pendidikan. Begitu pentingnya pendidikan, sehingga suatu bangsa dapat diukur apakah bangsa tersebut maju atau mundur salah satunya dari pendidikan yang diterapkan. Pendidikan merupakan proses kristalisas mencetak generasi penerus bangsa, output yang diharapkanpun adalah melahirkan manusia-manusia cerdas baik secara intelektual dan spiritual.
Memaknai arti kebangkitan tentu tidak boleh berbeda, harus ada kaidah atau standart ketika kita memaknai arti kebangkitan. Kebangkitan didefinisikan sebagai tingginya taraf berpikir dan untuk mewujudkan sebuah kebangkitan diperlukan adanya upaya menanamkan pemikiran-pemikiran yang tinggi yaitu pemikiran-pemikiran yang menyeluruh mengenai aspek ekonomi, sosial, pendidikan, politik dll. Pemikiran tersebut harus dilandai dari Aqidah Islam sebagai keyakinan dan pemecah setiap masalah kehidupan. dan untuk mewujudkan kebangkitan pertama yang mesti kita lakukan adalah ; melakukan perubahan secara aktif, Indonesia sebagai negri mayoritas umat islam terbesar seharusnya menjadi lakon dari perubahan ini, caranya adalah dengan berdakwah. Dakwah secara individu dan kolektif dilakukan oleh setiap individu yang telah baligh. Dakwah yang mengajak kepada perubahan yang hakiki yakni melanjutkan kembali kehidupan islam. Kedua, perubahan diawali dengan apa yang adal dalam diri umat yakni pemikiran, perasaan dan sistem (Khilafah)
Islam, pendidikan dan kebangkitan
Sistem pendidikan saat ini (sekuleristik, red) telah “berkontribusi” dalam gagalnya upaya untuk membangkitkan Indonesia. Seperti yang sudah dituliskan diatas, kebangkitan yang hakiki adalah kebangkitan taraf berpikir yang menjadikan Aqidah Islam sebagai acuan utama. Maka pendidikan dalam islam akan mampu menghantarkan Indonesia kepada kebangkitan. Tujuan umum pendidikan islam adalah membangun kepribadian Islam, membentuk pola pikir dan pola sikap yang islami. Mempersiapkan generasi muslim menjadi ‘ulama yang ahli disetiap aspek kehidupan baik ‘ilmu islam maupun ilmu terapan. Metode belajar dalam islam adalah ilmu untuk diamalkan. Kurikulum yang berbasis aqidah islam, dan peran negara dalam memudahkan setiap elemen untuk menerima mendapatkan pendidikan.
A. Pada Masa Rasulullah Saw
Seorang filsof dari perancis bernama Dr. Gustave Le Bone mengatakan: “Dalam satu abad atau 3 keturunan, tidak ada bangsa-bangsa manusia dapat mengadakan perubahan yang berarti. Bangsa perancis memerlukan 30 keturunan atau 1000 tahun baru dapat mengadakan suatu masyarakat yang bercelup perancis. Hal ini terdapat pada seluruh bangsa dan umat, tak terkecuali selain dari umat islam, sebab Muhammad Er Rasul sudah dapat mengadakan suatu masyarakat baru dalam tempo satu keturunan (23 tahun) yang tidak ditiru oleh orang lain”.
Masa KeRasululan Muhammad Saw pada akhir periode Madinah merupakan puncak peradaban islam karena dari situlah sistem islam disempurnakan dan ditegakan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridai Islam itu jadi agama bagimu”.
QS Al Maidah ayat 3
B. Pada Masa Kekhilafahan Bani Umayyah (661-750M)
Masa Umayyah berlangsung selama lebih kurang 90 tahun. Beberapa orang khalifah besar bani Umayyah ini adalah Muawiyyah bin Abi Sufyan (661-680M), abdul Malik bin Marwan (685-705M), Al Walid bin Abdul Malik (705-715M), Umar Bin Abdul Aziz (717-720M) dan Hasyim bin Abdul Malik (724-743M).
Awal berlangsungnya periode Umayyah diprioritaskan pada perluasan wilayah kekuasaan, ekspansi wilayah yang sempat pernah berhenti pada masa ‘Utsman dilanjutkan kembali oleh Bani Umayyah. Disamping itu Bani Umayyah banyak berjasa dalam pembangunan di berbagai bidang. Pada bidang pengembangan keilmuwan, Bani Umayyah mengawalinya dengan mengeluarkan sebuah kebijakan strategis. Khalifah Abdul Malik berhasil melakukan pembenahan bidang administrasi pemerintahan dan kenegaraan. Bahasa ‘arab dijadikan baasa resmi dan menjadi bahasa umum pengantar dunia (lingua franca), hingga Roger Bacon pada masa Eropa kegelapan mengatakan, “ placing averroes beside Aristole and Avicenna, recomends the study of arabics as the only way of getting knowledge which bad versions obscured”, yani mengnajurkan bahasa ‘arab sebagai jalan satu-satunya bagi memperoleh ‘ilmu yang telah dikaburkan oleh versi-versi jelek sebelumnya. Kemajuan tradisi intelektual dan ‘ilmu pengetahuan apda Maza Umayyah di Andalusia angat dirasakan oelh masyarakat eropa, Oliver Leaman menggambarkan keadaan disana, “... Pada masa peradaban agung di andalus, siapapun di eropa yang ingin mengetahui sesuatu yang ilmiah ia harus pergi ke andalus. Diwaktu itu banyak sekali problem danliteratur latin yang belum terselesaikan, dan jika seseorang pergi ke andalusia maka sekembalinya ia dari sana ia tiba-tiba akan mampu menyelesaikan masalah-masalah itu. Jadi islam di spanyol mempunyai reputasi selama ratusan tahun dan menduduki puncak tertinggi dlaam pengetahuan filsafat, sains, teknik dan matematika. Ia mirip seperti posisi amerika saat ini, dimana beberapa Universitas penting berada”.
C. Pada Masa Kekhilafahan Bani Abbasiyah (656-1258M)
Masa Abbasiyah berlangsung selama 508 tahun, sebuah rentang sejarah yang cukup lama dalam sebuah peradaban. Para sejarahwan membagi 5 periode pemerintahan: (1) Periode pertama (132-232H) disebut periode pengaruh persia pertama, (2) periode kedua (232-334H), disebut periode pengaruh Turki perama, (3) periode ketiga (334-447H)masa kekuadaan dinasti Buwaih dalam pemerintahan Abbasiyah periode ini disebut juga sebagai pengaruh persia kedua, (4) periode keempat (447-590H), masa kekuasaan Bani Seljuk, (5) periode kelima (590-656H), masa khalifah bebas dari pengaruh dinasti lain teteapi kekuasaannya hanya efektif di Baghdad saja.
Pada masa sepuluh khalifah pertama, puncak pencapaian kemajuan peradaban Islam terjadi pada masa Harun Ar Rasyid (786-809M), beliau adalah soso figur yang shalih, Mukhlis, ahli ibadah, senang dikritik, dan merindukan nasehat dari ‘ulama. Terjadi perkembangan lembaga pendidikan, perkembangan dan kemajuan bidang pengetahuan, banyak ‘ilmuwan-‘ilmuwan muslim dan 4 Mazhab Imam besar pada masa Abbasiyah. Pencapaian prestasi yang gemilang sangat jelas dan terlihat pada lahirnya ilmuwan masyur dan berkaliber internasional seperti Al Biruni (fisika, kedokteran), Jabir bin Hayyan (Geber), Al Khawarizmi (Matematika, kimia), Ibnu Sina (kedokteran), Ibnu Khaldun (sejarah, sosiologi)Al Batani (Astrologi), Ya’qubi (Geografi), Al Buziani (Geometri dan Trigonometri).
D. Pada Masa setelah KeKhilafahan Abbasiyah sampai tumbangnya KeKhilafahan Turki Utsmani
Pada masa kekhilafahan utsmani, para ahli sejarah sepakat bahwa zaman khalifah Sulaiman al Qanuni (1520-1566M) merupakan zaman kejayaan dan kebesaran yang pada maanya telah jauh meninggalkan negara-negara eropa dibidang Militer, sains dan politik. Pasca berakhirnya keluasaan abbasiyah, kepemimpinan Islam berlanjut kepada kepemimpinan Bani Utsmaniyah selama lebih dari enal abad kekuasaannya (1299-1923M) dipimpin oleh 36 khalifah. Kekhilafahan Utsmaniyah ini menjadi pusat interaksi anatara barat dan timur selama enam abad. Pada puncak kekuasaannya, daulah utsmaniyah terbagi menjadi 29 wilayah dengan konstatinopel sebagai ibu kotanya. Pada abad ke 16 dan ke 17, daulah utsmaniyah menjadi saah satu kekuatan utama dunia angkatan lautnya yang kuat.
Penutup
Dapat disimpulkan untuk mewujudkan kebangkitan, satu-satunya metode adalah dengan membangun pemerintahan / negara yang berasaskan pada aqidah islam. Negara ini harus mengadopsi sistem khilafah karena hanya dengan itulah Indonesia bisa bangkit. Mengambil Islam sebagai satu-satunya ideologi yang layak dan diperjuangkan. Ketika Ideologi / Mabda’ islam menjadi arus utama dalam setiap nafas setiap muslim dan muslimah manapun maka Diin ini akan berada di puncak kemuliaan. Islam Bisa kuat tergantung kepada kekuatan seberapa paham umat islam terhadap Diinnya, seberapa kuat ideologi islam terhujam dalam dirinya, seberapa kuat dalam mengemban dakwah islam. Prestasi-prestasi generasi awal pejuang islam bisa kita rasakan sampai saat ini walaupun kita tidak pernah bertemu dengan mereka, semoga kita bisa meraih kembali kemuliaan sebagai Umat terbaik.
“Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka; di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik
QS Ali Imran ayat 110
Wallahu’alam bi al-shawab














“Cermin generasi Pejuang Islam demi meraih kebangkitan & pentingnya edukasi berbasis Ideologi Islam demi meraih kebangkitan Indonesia”
Pada bulan mei, Rakyat Indonesia diingatkan pada dua moment sejarah yang sangat penting. Dua moment tersebut adalah ; Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) yang diperingati tanggal 2 mei kemarin dan tanggal 28 mei mendatang adalah Hari Kebangkitan Nasional (Hartiknas). Pendidikan dan kebangkitan memiliki peran strategis yang saling terkait satu sama lain, pasalnya pendidikan yang berkualitas dan bisa men-output generasi cerdas dan berjiwa pemimpin akan menghantarkan kebangkitan kita sebagai sebuah bangsa yang besar. Kebnagkitan pastinya akan mengantarkan kita pada pendidikan yang gemilang. Hari Kebangkitan Nasional yang selalu dipelopori oleh budi oetomo (20 mei 1908) hingga saat ini sudah 102 tahun berlalu. Selama 102 tahun Indonesia hanya berhalusinasi dengan kebangkitan yang semu.

Pada faktanya jika kita mau sedikit berpikir, kehidupan kenegaraan dan nasib rakyat kita malah makin terpuruk dari berbagai bidang. Menyadari saat ini Indonesia memang sedang dalam keadaan yang kritis sehingga menejemen atau pengaturan kebutuhan rakyat ini kacau. Banyak julukan “seram” untuk negri tercinta kita, mulai dari failed state (negara gagal), Vampire state (negara drakula penghisap darah rakyat), negara boneka dll. Timbul pertanyaan apakah kita memang sudah bangkit?
Dalam bidang pendidikan, Berdasarkan peringkat universitas terbaik di Asia versi majalah Asiaweek 2000, tidak satu pun perguruan tinggi di Indonesia masuk dalam 20 terbaik. UI berada di peringkat 61 untuk kategori universitas multidisiplin. UGM diperingkat 68, UNDIP diperingkat 77, UNAIR diperingkat 75; sedangkan ITB diperingkat 21 untuk universitas sains dan teknologi, kalah dibandingkan dengan Universitas Nasional Sains dan Teknologi Pakistan.
Walaupun angka partisipasi murni SD di Indonesia dalam kurun 20 tahun meningkat dari 40 menjadi 100 persen, kualitasnya sulit dibanggakan. Kini puluhan ribu anak SD harus belajar di sekolah bobrok. Ironinya, sampai saat ini belum terjawab, bagaimana Pemerintah menangani persoalan yang sangat kasatmata itu; sementara masih banyak anak usia SD yang putus sekolah atau malah belum terjangkau sama sekali oleh pelayanan pendidikan. Wajib belajar 9 tahun secara kuantitatif pun sulit bisa dituntaskan pada tahun 2008.
Relasi pendidikan dan kebangkitan
Menjadi bangsa yang kuat, mandiri dan maju merupakan cita-cita dari setiap bangsa manapun, salah stau faktor yang mendukung bagi power of state adalah pendidikan. Begitu pentingnya pendidikan, sehingga suatu bangsa dapat diukur apakah bangsa tersebut maju atau mundur salah satunya dari pendidikan yang diterapkan. Pendidikan merupakan proses kristalisas mencetak generasi penerus bangsa, output yang diharapkanpun adalah melahirkan manusia-manusia cerdas baik secara intelektual dan spiritual.
Memaknai arti kebangkitan tentu tidak boleh berbeda, harus ada kaidah atau standart ketika kita memaknai arti kebangkitan. Kebangkitan didefinisikan sebagai tingginya taraf berpikir dan untuk mewujudkan sebuah kebangkitan diperlukan adanya upaya menanamkan pemikiran-pemikiran yang tinggi yaitu pemikiran-pemikiran yang menyeluruh mengenai aspek ekonomi, sosial, pendidikan, politik dll. Pemikiran tersebut harus dilandai dari Aqidah Islam sebagai keyakinan dan pemecah setiap masalah kehidupan. dan untuk mewujudkan kebangkitan pertama yang mesti kita lakukan adalah ; melakukan perubahan secara aktif, Indonesia sebagai negri mayoritas umat islam terbesar seharusnya menjadi lakon dari perubahan ini, caranya adalah dengan berdakwah. Dakwah secara individu dan kolektif dilakukan oleh setiap individu yang telah baligh. Dakwah yang mengajak kepada perubahan yang hakiki yakni melanjutkan kembali kehidupan islam. Kedua, perubahan diawali dengan apa yang adal dalam diri umat yakni pemikiran, perasaan dan sistem (Khilafah)
Islam, pendidikan dan kebangkitan
Sistem pendidikan saat ini (sekuleristik, red) telah “berkontribusi” dalam gagalnya upaya untuk membangkitkan Indonesia. Seperti yang sudah dituliskan diatas, kebangkitan yang hakiki adalah kebangkitan taraf berpikir yang menjadikan Aqidah Islam sebagai acuan utama. Maka pendidikan dalam islam akan mampu menghantarkan Indonesia kepada kebangkitan. Tujuan umum pendidikan islam adalah membangun kepribadian Islam, membentuk pola pikir dan pola sikap yang islami. Mempersiapkan generasi muslim menjadi ‘ulama yang ahli disetiap aspek kehidupan baik ‘ilmu islam maupun ilmu terapan. Metode belajar dalam islam adalah ilmu untuk diamalkan. Kurikulum yang berbasis aqidah islam, dan peran negara dalam memudahkan setiap elemen untuk menerima mendapatkan pendidikan.
A. Pada Masa Rasulullah Saw
Seorang filsof dari perancis bernama Dr. Gustave Le Bone mengatakan: “Dalam satu abad atau 3 keturunan, tidak ada bangsa-bangsa manusia dapat mengadakan perubahan yang berarti. Bangsa perancis memerlukan 30 keturunan atau 1000 tahun baru dapat mengadakan suatu masyarakat yang bercelup perancis. Hal ini terdapat pada seluruh bangsa dan umat, tak terkecuali selain dari umat islam, sebab Muhammad Er Rasul sudah dapat mengadakan suatu masyarakat baru dalam tempo satu keturunan (23 tahun) yang tidak ditiru oleh orang lain”.
Masa KeRasululan Muhammad Saw pada akhir periode Madinah merupakan puncak peradaban islam karena dari situlah sistem islam disempurnakan dan ditegakan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridai Islam itu jadi agama bagimu”.
QS Al Maidah ayat 3
B. Pada Masa Kekhilafahan Bani Umayyah (661-750M)
Masa Umayyah berlangsung selama lebih kurang 90 tahun. Beberapa orang khalifah besar bani Umayyah ini adalah Muawiyyah bin Abi Sufyan (661-680M), abdul Malik bin Marwan (685-705M), Al Walid bin Abdul Malik (705-715M), Umar Bin Abdul Aziz (717-720M) dan Hasyim bin Abdul Malik (724-743M).
Awal berlangsungnya periode Umayyah diprioritaskan pada perluasan wilayah kekuasaan, ekspansi wilayah yang sempat pernah berhenti pada masa ‘Utsman dilanjutkan kembali oleh Bani Umayyah. Disamping itu Bani Umayyah banyak berjasa dalam pembangunan di berbagai bidang. Pada bidang pengembangan keilmuwan, Bani Umayyah mengawalinya dengan mengeluarkan sebuah kebijakan strategis. Khalifah Abdul Malik berhasil melakukan pembenahan bidang administrasi pemerintahan dan kenegaraan. Bahasa ‘arab dijadikan baasa resmi dan menjadi bahasa umum pengantar dunia (lingua franca), hingga Roger Bacon pada masa Eropa kegelapan mengatakan, “ placing averroes beside Aristole and Avicenna, recomends the study of arabics as the only way of getting knowledge which bad versions obscured”, yani mengnajurkan bahasa ‘arab sebagai jalan satu-satunya bagi memperoleh ‘ilmu yang telah dikaburkan oleh versi-versi jelek sebelumnya. Kemajuan tradisi intelektual dan ‘ilmu pengetahuan apda Maza Umayyah di Andalusia angat dirasakan oelh masyarakat eropa, Oliver Leaman menggambarkan keadaan disana, “... Pada masa peradaban agung di andalus, siapapun di eropa yang ingin mengetahui sesuatu yang ilmiah ia harus pergi ke andalus. Diwaktu itu banyak sekali problem danliteratur latin yang belum terselesaikan, dan jika seseorang pergi ke andalusia maka sekembalinya ia dari sana ia tiba-tiba akan mampu menyelesaikan masalah-masalah itu. Jadi islam di spanyol mempunyai reputasi selama ratusan tahun dan menduduki puncak tertinggi dlaam pengetahuan filsafat, sains, teknik dan matematika. Ia mirip seperti posisi amerika saat ini, dimana beberapa Universitas penting berada”.
C. Pada Masa Kekhilafahan Bani Abbasiyah (656-1258M)
Masa Abbasiyah berlangsung selama 508 tahun, sebuah rentang sejarah yang cukup lama dalam sebuah peradaban. Para sejarahwan membagi 5 periode pemerintahan: (1) Periode pertama (132-232H) disebut periode pengaruh persia pertama, (2) periode kedua (232-334H), disebut periode pengaruh Turki perama, (3) periode ketiga (334-447H)masa kekuadaan dinasti Buwaih dalam pemerintahan Abbasiyah periode ini disebut juga sebagai pengaruh persia kedua, (4) periode keempat (447-590H), masa kekuasaan Bani Seljuk, (5) periode kelima (590-656H), masa khalifah bebas dari pengaruh dinasti lain teteapi kekuasaannya hanya efektif di Baghdad saja.
Pada masa sepuluh khalifah pertama, puncak pencapaian kemajuan peradaban Islam terjadi pada masa Harun Ar Rasyid (786-809M), beliau adalah soso figur yang shalih, Mukhlis, ahli ibadah, senang dikritik, dan merindukan nasehat dari ‘ulama. Terjadi perkembangan lembaga pendidikan, perkembangan dan kemajuan bidang pengetahuan, banyak ‘ilmuwan-‘ilmuwan muslim dan 4 Mazhab Imam besar pada masa Abbasiyah. Pencapaian prestasi yang gemilang sangat jelas dan terlihat pada lahirnya ilmuwan masyur dan berkaliber internasional seperti Al Biruni (fisika, kedokteran), Jabir bin Hayyan (Geber), Al Khawarizmi (Matematika, kimia), Ibnu Sina (kedokteran), Ibnu Khaldun (sejarah, sosiologi)Al Batani (Astrologi), Ya’qubi (Geografi), Al Buziani (Geometri dan Trigonometri).
D. Pada Masa setelah KeKhilafahan Abbasiyah sampai tumbangnya KeKhilafahan Turki Utsmani
Pada masa kekhilafahan utsmani, para ahli sejarah sepakat bahwa zaman khalifah Sulaiman al Qanuni (1520-1566M) merupakan zaman kejayaan dan kebesaran yang pada maanya telah jauh meninggalkan negara-negara eropa dibidang Militer, sains dan politik. Pasca berakhirnya keluasaan abbasiyah, kepemimpinan Islam berlanjut kepada kepemimpinan Bani Utsmaniyah selama lebih dari enal abad kekuasaannya (1299-1923M) dipimpin oleh 36 khalifah. Kekhilafahan Utsmaniyah ini menjadi pusat interaksi anatara barat dan timur selama enam abad. Pada puncak kekuasaannya, daulah utsmaniyah terbagi menjadi 29 wilayah dengan konstatinopel sebagai ibu kotanya. Pada abad ke 16 dan ke 17, daulah utsmaniyah menjadi saah satu kekuatan utama dunia angkatan lautnya yang kuat.
Penutup
Dapat disimpulkan untuk mewujudkan kebangkitan, satu-satunya metode adalah dengan membangun pemerintahan / negara yang berasaskan pada aqidah islam. Negara ini harus mengadopsi sistem khilafah karena hanya dengan itulah Indonesia bisa bangkit. Mengambil Islam sebagai satu-satunya ideologi yang layak dan diperjuangkan. Ketika Ideologi / Mabda’ islam menjadi arus utama dalam setiap nafas setiap muslim dan muslimah manapun maka Diin ini akan berada di puncak kemuliaan. Islam Bisa kuat tergantung kepada kekuatan seberapa paham umat islam terhadap Diinnya, seberapa kuat ideologi islam terhujam dalam dirinya, seberapa kuat dalam mengemban dakwah islam. Prestasi-prestasi generasi awal pejuang islam bisa kita rasakan sampai saat ini walaupun kita tidak pernah bertemu dengan mereka, semoga kita bisa meraih kembali kemuliaan sebagai Umat terbaik.
“Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka; di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik
QS Ali Imran ayat 110
Wallahu’alam bi al-shawab














“Cermin generasi Pejuang Islam demi meraih kebangkitan & pentingnya edukasi berbasis Ideologi Islam demi meraih kebangkitan Indonesia”
Pada bulan mei, Rakyat Indonesia diingatkan pada dua moment sejarah yang sangat penting. Dua moment tersebut adalah ; Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) yang diperingati tanggal 2 mei kemarin dan tanggal 28 mei mendatang adalah Hari Kebangkitan Nasional (Hartiknas). Pendidikan dan kebangkitan memiliki peran strategis yang saling terkait satu sama lain, pasalnya pendidikan yang berkualitas dan bisa men-output generasi cerdas dan berjiwa pemimpin akan menghantarkan kebangkitan kita sebagai sebuah bangsa yang besar. Kebnagkitan pastinya akan mengantarkan kita pada pendidikan yang gemilang. Hari Kebangkitan Nasional yang selalu dipelopori oleh budi oetomo (20 mei 1908) hingga saat ini sudah 102 tahun berlalu. Selama 102 tahun Indonesia hanya berhalusinasi dengan kebangkitan yang semu.

Pada faktanya jika kita mau sedikit berpikir, kehidupan kenegaraan dan nasib rakyat kita malah makin terpuruk dari berbagai bidang. Menyadari saat ini Indonesia memang sedang dalam keadaan yang kritis sehingga menejemen atau pengaturan kebutuhan rakyat ini kacau. Banyak julukan “seram” untuk negri tercinta kita, mulai dari failed state (negara gagal), Vampire state (negara drakula penghisap darah rakyat), negara boneka dll. Timbul pertanyaan apakah kita memang sudah bangkit?
Dalam bidang pendidikan, Berdasarkan peringkat universitas terbaik di Asia versi majalah Asiaweek 2000, tidak satu pun perguruan tinggi di Indonesia masuk dalam 20 terbaik. UI berada di peringkat 61 untuk kategori universitas multidisiplin. UGM diperingkat 68, UNDIP diperingkat 77, UNAIR diperingkat 75; sedangkan ITB diperingkat 21 untuk universitas sains dan teknologi, kalah dibandingkan dengan Universitas Nasional Sains dan Teknologi Pakistan.
Walaupun angka partisipasi murni SD di Indonesia dalam kurun 20 tahun meningkat dari 40 menjadi 100 persen, kualitasnya sulit dibanggakan. Kini puluhan ribu anak SD harus belajar di sekolah bobrok. Ironinya, sampai saat ini belum terjawab, bagaimana Pemerintah menangani persoalan yang sangat kasatmata itu; sementara masih banyak anak usia SD yang putus sekolah atau malah belum terjangkau sama sekali oleh pelayanan pendidikan. Wajib belajar 9 tahun secara kuantitatif pun sulit bisa dituntaskan pada tahun 2008.
Relasi pendidikan dan kebangkitan
Menjadi bangsa yang kuat, mandiri dan maju merupakan cita-cita dari setiap bangsa manapun, salah stau faktor yang mendukung bagi power of state adalah pendidikan. Begitu pentingnya pendidikan, sehingga suatu bangsa dapat diukur apakah bangsa tersebut maju atau mundur salah satunya dari pendidikan yang diterapkan. Pendidikan merupakan proses kristalisas mencetak generasi penerus bangsa, output yang diharapkanpun adalah melahirkan manusia-manusia cerdas baik secara intelektual dan spiritual.
Memaknai arti kebangkitan tentu tidak boleh berbeda, harus ada kaidah atau standart ketika kita memaknai arti kebangkitan. Kebangkitan didefinisikan sebagai tingginya taraf berpikir dan untuk mewujudkan sebuah kebangkitan diperlukan adanya upaya menanamkan pemikiran-pemikiran yang tinggi yaitu pemikiran-pemikiran yang menyeluruh mengenai aspek ekonomi, sosial, pendidikan, politik dll. Pemikiran tersebut harus dilandai dari Aqidah Islam sebagai keyakinan dan pemecah setiap masalah kehidupan. dan untuk mewujudkan kebangkitan pertama yang mesti kita lakukan adalah ; melakukan perubahan secara aktif, Indonesia sebagai negri mayoritas umat islam terbesar seharusnya menjadi lakon dari perubahan ini, caranya adalah dengan berdakwah. Dakwah secara individu dan kolektif dilakukan oleh setiap individu yang telah baligh. Dakwah yang mengajak kepada perubahan yang hakiki yakni melanjutkan kembali kehidupan islam. Kedua, perubahan diawali dengan apa yang adal dalam diri umat yakni pemikiran, perasaan dan sistem (Khilafah)
Islam, pendidikan dan kebangkitan
Sistem pendidikan saat ini (sekuleristik, red) telah “berkontribusi” dalam gagalnya upaya untuk membangkitkan Indonesia. Seperti yang sudah dituliskan diatas, kebangkitan yang hakiki adalah kebangkitan taraf berpikir yang menjadikan Aqidah Islam sebagai acuan utama. Maka pendidikan dalam islam akan mampu menghantarkan Indonesia kepada kebangkitan. Tujuan umum pendidikan islam adalah membangun kepribadian Islam, membentuk pola pikir dan pola sikap yang islami. Mempersiapkan generasi muslim menjadi ‘ulama yang ahli disetiap aspek kehidupan baik ‘ilmu islam maupun ilmu terapan. Metode belajar dalam islam adalah ilmu untuk diamalkan. Kurikulum yang berbasis aqidah islam, dan peran negara dalam memudahkan setiap elemen untuk menerima mendapatkan pendidikan.
A. Pada Masa Rasulullah Saw
Seorang filsof dari perancis bernama Dr. Gustave Le Bone mengatakan: “Dalam satu abad atau 3 keturunan, tidak ada bangsa-bangsa manusia dapat mengadakan perubahan yang berarti. Bangsa perancis memerlukan 30 keturunan atau 1000 tahun baru dapat mengadakan suatu masyarakat yang bercelup perancis. Hal ini terdapat pada seluruh bangsa dan umat, tak terkecuali selain dari umat islam, sebab Muhammad Er Rasul sudah dapat mengadakan suatu masyarakat baru dalam tempo satu keturunan (23 tahun) yang tidak ditiru oleh orang lain”.
Masa KeRasululan Muhammad Saw pada akhir periode Madinah merupakan puncak peradaban islam karena dari situlah sistem islam disempurnakan dan ditegakan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridai Islam itu jadi agama bagimu”.
QS Al Maidah ayat 3
B. Pada Masa Kekhilafahan Bani Umayyah (661-750M)
Masa Umayyah berlangsung selama lebih kurang 90 tahun. Beberapa orang khalifah besar bani Umayyah ini adalah Muawiyyah bin Abi Sufyan (661-680M), abdul Malik bin Marwan (685-705M), Al Walid bin Abdul Malik (705-715M), Umar Bin Abdul Aziz (717-720M) dan Hasyim bin Abdul Malik (724-743M).
Awal berlangsungnya periode Umayyah diprioritaskan pada perluasan wilayah kekuasaan, ekspansi wilayah yang sempat pernah berhenti pada masa ‘Utsman dilanjutkan kembali oleh Bani Umayyah. Disamping itu Bani Umayyah banyak berjasa dalam pembangunan di berbagai bidang. Pada bidang pengembangan keilmuwan, Bani Umayyah mengawalinya dengan mengeluarkan sebuah kebijakan strategis. Khalifah Abdul Malik berhasil melakukan pembenahan bidang administrasi pemerintahan dan kenegaraan. Bahasa ‘arab dijadikan baasa resmi dan menjadi bahasa umum pengantar dunia (lingua franca), hingga Roger Bacon pada masa Eropa kegelapan mengatakan, “ placing averroes beside Aristole and Avicenna, recomends the study of arabics as the only way of getting knowledge which bad versions obscured”, yani mengnajurkan bahasa ‘arab sebagai jalan satu-satunya bagi memperoleh ‘ilmu yang telah dikaburkan oleh versi-versi jelek sebelumnya. Kemajuan tradisi intelektual dan ‘ilmu pengetahuan apda Maza Umayyah di Andalusia angat dirasakan oelh masyarakat eropa, Oliver Leaman menggambarkan keadaan disana, “... Pada masa peradaban agung di andalus, siapapun di eropa yang ingin mengetahui sesuatu yang ilmiah ia harus pergi ke andalus. Diwaktu itu banyak sekali problem danliteratur latin yang belum terselesaikan, dan jika seseorang pergi ke andalusia maka sekembalinya ia dari sana ia tiba-tiba akan mampu menyelesaikan masalah-masalah itu. Jadi islam di spanyol mempunyai reputasi selama ratusan tahun dan menduduki puncak tertinggi dlaam pengetahuan filsafat, sains, teknik dan matematika. Ia mirip seperti posisi amerika saat ini, dimana beberapa Universitas penting berada”.
C. Pada Masa Kekhilafahan Bani Abbasiyah (656-1258M)
Masa Abbasiyah berlangsung selama 508 tahun, sebuah rentang sejarah yang cukup lama dalam sebuah peradaban. Para sejarahwan membagi 5 periode pemerintahan: (1) Periode pertama (132-232H) disebut periode pengaruh persia pertama, (2) periode kedua (232-334H), disebut periode pengaruh Turki perama, (3) periode ketiga (334-447H)masa kekuadaan dinasti Buwaih dalam pemerintahan Abbasiyah periode ini disebut juga sebagai pengaruh persia kedua, (4) periode keempat (447-590H), masa kekuasaan Bani Seljuk, (5) periode kelima (590-656H), masa khalifah bebas dari pengaruh dinasti lain teteapi kekuasaannya hanya efektif di Baghdad saja.
Pada masa sepuluh khalifah pertama, puncak pencapaian kemajuan peradaban Islam terjadi pada masa Harun Ar Rasyid (786-809M), beliau adalah soso figur yang shalih, Mukhlis, ahli ibadah, senang dikritik, dan merindukan nasehat dari ‘ulama. Terjadi perkembangan lembaga pendidikan, perkembangan dan kemajuan bidang pengetahuan, banyak ‘ilmuwan-‘ilmuwan muslim dan 4 Mazhab Imam besar pada masa Abbasiyah. Pencapaian prestasi yang gemilang sangat jelas dan terlihat pada lahirnya ilmuwan masyur dan berkaliber internasional seperti Al Biruni (fisika, kedokteran), Jabir bin Hayyan (Geber), Al Khawarizmi (Matematika, kimia), Ibnu Sina (kedokteran), Ibnu Khaldun (sejarah, sosiologi)Al Batani (Astrologi), Ya’qubi (Geografi), Al Buziani (Geometri dan Trigonometri).
D. Pada Masa setelah KeKhilafahan Abbasiyah sampai tumbangnya KeKhilafahan Turki Utsmani
Pada masa kekhilafahan utsmani, para ahli sejarah sepakat bahwa zaman khalifah Sulaiman al Qanuni (1520-1566M) merupakan zaman kejayaan dan kebesaran yang pada maanya telah jauh meninggalkan negara-negara eropa dibidang Militer, sains dan politik. Pasca berakhirnya keluasaan abbasiyah, kepemimpinan Islam berlanjut kepada kepemimpinan Bani Utsmaniyah selama lebih dari enal abad kekuasaannya (1299-1923M) dipimpin oleh 36 khalifah. Kekhilafahan Utsmaniyah ini menjadi pusat interaksi anatara barat dan timur selama enam abad. Pada puncak kekuasaannya, daulah utsmaniyah terbagi menjadi 29 wilayah dengan konstatinopel sebagai ibu kotanya. Pada abad ke 16 dan ke 17, daulah utsmaniyah menjadi saah satu kekuatan utama dunia angkatan lautnya yang kuat.
Penutup
Dapat disimpulkan untuk mewujudkan kebangkitan, satu-satunya metode adalah dengan membangun pemerintahan / negara yang berasaskan pada aqidah islam. Negara ini harus mengadopsi sistem khilafah karena hanya dengan itulah Indonesia bisa bangkit. Mengambil Islam sebagai satu-satunya ideologi yang layak dan diperjuangkan. Ketika Ideologi / Mabda’ islam menjadi arus utama dalam setiap nafas setiap muslim dan muslimah manapun maka Diin ini akan berada di puncak kemuliaan. Islam Bisa kuat tergantung kepada kekuatan seberapa paham umat islam terhadap Diinnya, seberapa kuat ideologi islam terhujam dalam dirinya, seberapa kuat dalam mengemban dakwah islam. Prestasi-prestasi generasi awal pejuang islam bisa kita rasakan sampai saat ini walaupun kita tidak pernah bertemu dengan mereka, semoga kita bisa meraih kembali kemuliaan sebagai Umat terbaik.
“Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka; di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik
QS Ali Imran ayat 110
Wallahu’alam bi al-shawab

Tidak ada komentar:

Posting Komentar