Minggu, 09 September 2012

Politik Gincunya Partai




















faktor krusial bagi sebuah partai untuk masuk kedunia politik dalam sistem demokrasi. Untuk menjamin tingkat elektabilitas, partai harus terlebih dahulu dikenal, untuk kemudian disukai dan pada akhirnya dipilih. Ini yang saya katakan bahwa Politik gincu memang selalu identik dengan upaya pecitraan politik.

Kalau yang saya dapatkan dari ’profesor’ saya, Syekh Taqiyuddin An-Nabhani –semoga Allah merahmati beliau– di buku at Takattul al Hizby (Pembentukan partai politik) , Justru ideologi partailah (baca:idealisme yang benar), dengan pemikiran dan metodenya, yang akan menjadi ruh bagi bangunan partai tersebut. Para kader partai yang sudah terinternalisasi ideologi partai , justru akan menjadi motor menggerak yang sangat canggih. Yang impact-nya, tentu bisa ditebak, penggemukan tubuh partai di masyarakat. Jadi tak perlulah dilakukan pencitraan diri partai secara berlebih-lebihan, apalagi sampai menjelma menjadi partai yang terbuka bahkan buka-bukaan. karena pecitraan partai, akan terbentuk dengan sendirinya seiring dengan kuatnya ideologi partai yang menyentuh masyarakat. Sehingga masyarakat akan tertunjuki oleh ideologi tersebut dan ikut bergerak karena pengaruh ideologi tersebut.

Politik gincu, hanyalah salah satu kosmetiknya sistem demokrasi yang serba utopis. Partai-partai idealis, mau tidak mau, pasti akan tergerus juga ideologinya oleh tawar menawar politik ala demokrasi. Partai yang seharusnya membersihkan diri masyarakat dan umat dari kedigdayaan liberalisme, sekulerisme, dan politikusme, justru terjerat arus isme-isme tadi.

Terakhir, Partai seharusnya mendedikasikan dirinya kepada umat, bukan mendedikasikan dirinya untuk perolehan suara. Karena jika partai hanya mendedikasikan diri demi suara,suara, dan suara. Apa bedanya mereka dengan partai van Americana?.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar